Proses Perang Dunia 1

Proses Perang Dunia 1

Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1

Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.

Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.

Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.

Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.

Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.

Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.

Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.

Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.

Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?

Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.

Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).

Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).

Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.

Garis Waktu Peperangan

Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:

Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.

Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.

Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.

Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.

Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.

Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.

Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.

Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.

Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.

Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.

Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.

Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.

Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.

Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.

Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.

Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.

Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.

Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.

Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.

Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).

Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.

Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).

Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.

Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).

Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.

Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.

Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.

Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.

Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.

Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.

Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.

Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.

Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.

Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.

Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.

Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.

Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.

Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.

Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.

Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.

Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.

Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1

Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.

Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.

Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.

Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.

Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.

Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.

Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.

Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.

Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?

Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.

Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).

Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).

Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.

Garis Waktu Peperangan

Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:

Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.

Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.

Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.

Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.

Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.

Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.

Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.

Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.

Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.

Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.

Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.

Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.

Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.

Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.

Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.

Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.

Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.

Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.

Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.

Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).

Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.

Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).

Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.

Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).

Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.

Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.

Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.

Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.

Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.

Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.

Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.

Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.

Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.

Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.

Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.

Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.

Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.

Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.

Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.

Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.

Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.

Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1

Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.

Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.

Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.

Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.

Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.

Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.

Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.

Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.

Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?

Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.

Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).

Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).

Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.

Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1

Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.

Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.

Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.

Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.

Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.

Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.

Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.

Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.

Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?

Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.

Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).

Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).

Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.

Penyebab Perang Dunia I

Perang Dunia I terjadi di Eropa mulai tahun 1914 dan berakhir pada 1918. Salah satu faktor utama yang menyebabkan peperangan negara-negara Barat ini dipicu oleh persaingan industri dan militer antara Jerman dengan Britania Raya.

Negara-negara yang kemudian merasakan memerlukan teman ketika berhadapan dengan musuh akhirnya membangun kubu-kubu (aliansi). Saat itu, ada dua kubu yang saling berhadapan, yaitu Triple Alliance dan Triple Entent.

Perang Dunia I akhirnya meledak ketika putra mahkota Austro-Hongaria, Franz Ferdinand, terbunuh. Hal ini menyebabkan pihak Austro-Hongaria bersama Triple Alliance melakukan serangan terhadap Prancis. Dalang di balik peristiwa tersebut diduga dimotori oleh Serbia.

Britania Raya yang berusaha mendamaikan melalui dialog ternyata kalah suara dari Jerman, sedangkan Austro-Hongaria di pihak lain ingin berperang. Jerman bersama Austro-Hongaria melancarkan serangan ke Belgia yang terikat perjanjian dengan Prancis dan Britania Raya.

Hal ini memicu Prancis dan Britania Raya akhirnya harus mau ikut serta dalam perang. Pada 1915, Italia membelot ke Triple Entente dan meninggalkan Triple Alliance karena dijanjikan mendapat wilayah Dalmatia yang saat itu diduduki oleh Austro-Hongaria.

Setelah itu, Turki Usmani memutuskan untuk bergabung bersama Triple Alliance karena merasa mempunyai musuh yang sama, yaitu Kekaisaran Rusia. Dengan demikian, Perang Dunia I melibatkan dua kubu aliansi, yaitu Triple Alliance yang dimotori oleh Jerman, Austro-Hongaria, Turki Usmani, dan Bulgaria, melawan Triple Entente yang dimotori oleh Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Prancis, Italia, dan beberapa negara lainnya.

Perang ini akhirnya meluas hingga melibatkan Amerika Serikat. Amerika mengecam tragedi tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915 yang di dalamnya terdapat warga negaranya. Kapal tersebut ternyata tenggelam akibat ulah serangan Jerman.

Amerika akhirnya ikut turun ke peperangan dengan merapat ke Triple Entente. Kekaisaran Rusia ternyata memilih menarik diri di tengah peperangan, tepatnya pada 1917. Penarikan diri ini disebabkan oleh situasi negaranya yang tidak kondusif.

Pada 1918, muncul Perjanjian Brest-Litovsk yang isinya menyatakan bahwa Kekaisaran Rusia lepas tangan dari Perang Dunia I. Selanjutnya, terjadi “Serangan Seratus Hari” pada 1918 yang diluncurkan kubu Triple Entente. Garis pertahanan Jerman di Front Barat mendapatkan serangan hebat.

Jerman pun akhirnya menyerah. Pernyataan kekalahan itu akhirnya diikuti oleh negara-negara lain yang tergabung di Triple Alliance. Bulgaria, Turki Usmani, dan Austro-Hongaria secara bergiliran akhirnya mengibarkan bendera putih. Perang Dunia I pun resmi berhenti pada 11 November 1918.

Garis Waktu Peperangan

Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:

Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.

Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.

Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.

Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.

Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.

Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.

Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.

Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.

Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.

Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.

Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.

Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.

Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.

Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.

Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.

Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.

Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.

Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.

Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.

Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).

Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.

Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).

Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.

Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).

Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.

Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.

Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.

Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.

Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.

Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.

Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.

Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.

Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.

Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.

Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.

Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.

Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.

Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.

Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.

Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.

Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.

Penyebab Perang Dunia I

Perang Dunia I terjadi di Eropa mulai tahun 1914 dan berakhir pada 1918. Salah satu faktor utama yang menyebabkan peperangan negara-negara Barat ini dipicu oleh persaingan industri dan militer antara Jerman dengan Britania Raya.

Negara-negara yang kemudian merasakan memerlukan teman ketika berhadapan dengan musuh akhirnya membangun kubu-kubu (aliansi). Saat itu, ada dua kubu yang saling berhadapan, yaitu Triple Alliance dan Triple Entent.

Perang Dunia I akhirnya meledak ketika putra mahkota Austro-Hongaria, Franz Ferdinand, terbunuh. Hal ini menyebabkan pihak Austro-Hongaria bersama Triple Alliance melakukan serangan terhadap Prancis. Dalang di balik peristiwa tersebut diduga dimotori oleh Serbia.

Britania Raya yang berusaha mendamaikan melalui dialog ternyata kalah suara dari Jerman, sedangkan Austro-Hongaria di pihak lain ingin berperang. Jerman bersama Austro-Hongaria melancarkan serangan ke Belgia yang terikat perjanjian dengan Prancis dan Britania Raya.

Hal ini memicu Prancis dan Britania Raya akhirnya harus mau ikut serta dalam perang. Pada 1915, Italia membelot ke Triple Entente dan meninggalkan Triple Alliance karena dijanjikan mendapat wilayah Dalmatia yang saat itu diduduki oleh Austro-Hongaria.

Setelah itu, Turki Usmani memutuskan untuk bergabung bersama Triple Alliance karena merasa mempunyai musuh yang sama, yaitu Kekaisaran Rusia. Dengan demikian, Perang Dunia I melibatkan dua kubu aliansi, yaitu Triple Alliance yang dimotori oleh Jerman, Austro-Hongaria, Turki Usmani, dan Bulgaria, melawan Triple Entente yang dimotori oleh Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Prancis, Italia, dan beberapa negara lainnya.

Perang ini akhirnya meluas hingga melibatkan Amerika Serikat. Amerika mengecam tragedi tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915 yang di dalamnya terdapat warga negaranya. Kapal tersebut ternyata tenggelam akibat ulah serangan Jerman.

Amerika akhirnya ikut turun ke peperangan dengan merapat ke Triple Entente. Kekaisaran Rusia ternyata memilih menarik diri di tengah peperangan, tepatnya pada 1917. Penarikan diri ini disebabkan oleh situasi negaranya yang tidak kondusif.

Pada 1918, muncul Perjanjian Brest-Litovsk yang isinya menyatakan bahwa Kekaisaran Rusia lepas tangan dari Perang Dunia I. Selanjutnya, terjadi “Serangan Seratus Hari” pada 1918 yang diluncurkan kubu Triple Entente. Garis pertahanan Jerman di Front Barat mendapatkan serangan hebat.

Jerman pun akhirnya menyerah. Pernyataan kekalahan itu akhirnya diikuti oleh negara-negara lain yang tergabung di Triple Alliance. Bulgaria, Turki Usmani, dan Austro-Hongaria secara bergiliran akhirnya mengibarkan bendera putih. Perang Dunia I pun resmi berhenti pada 11 November 1918.

Garis Waktu Peperangan

Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:

Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.

Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.

Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.

Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.

Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.

Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.

Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.

Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.

Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.

Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.

Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.

Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.

Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.

Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.

Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.

Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.

Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.

Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.

Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.

Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).

Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.

Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).

Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.

Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).

Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.

Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.

Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.

Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.

Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.

Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.

Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.

Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.

Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.

Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.

Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.

Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.

Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.

Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.

Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.

Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.

Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.

Konten baru

Mpo39 Baru

Mpo39 Baru

Membeli mobil baru tentunya adalah keputusan besar dan memerlukan persiapan yang matang. Tentunya ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum Anda memutuskan untuk membeli mobil baru. Jadi, apa saja sih yang perlu dilakukan agar Anda dapat membeli mobil baru yang aman?

388 Bola

388 Bola

your studies?Math?Chemistry?History?Physics?Economics?Literature?your studies?

Danau 88

Danau 88

Usiamo la tecnologia più recente e più avanzata disponibile per fornire la miglior esperienza web possibile.Per continuare, abilita JavaScript nelle impostazioni del tuo browser.

Dekorasi

Dekorasi

Tidak menerima OTP? Kirim ulang

Daftar 123

Daftar 123

The document lists irregular verbs in English along with their infinitive, past tense, past participle, and meaning in Indonesian. It includes verbs from A to L, such as arise/arose/arisen, awake/awoke/awoken, be/was/been, bear/bore/borne, and lead/led/led. The document also notes that a future article will cover regular verbs.

Akudaya

Akudaya

Harga diatas berlaku pada 6 Desember 2022. Perlu kamu ketahui bahwa harga saham berubah setiap harinya, sehingga harga 1 lotnya juga akan ikut berubah.

Rumahweb

Rumahweb

Sign up and get $200 in credit for your first 60 days with DigitalOcean.*

Balipop

Balipop

Dikarenakan ada banyak game penghasil uang saat ini, maka kamu wajib selektif memilih mana yang terbukti membayar dan aman ya grameds. Adapun deretan game penghasil saldo terbaik di antaranya adalah sebagai berikut.

4D Atas

4D Atas

ATAS is a Registered Trade Mark, a brand regulated & licensed by Pagcor and the Government of Curacao which operates under the Master License of Gaming Services Provider, N.V. #365/JAZ. We offer a wide variety of latest & quality gaming to our players. Our customer support team is always on stand-by for you 24 hours everyday. All personal information will be treated with the strictest and most confidential way.

Kejar Slot

Kejar Slot

60 Ditonton Premium27/05/2022

Asik 368

Asik 368

It looks like we don't have any photos or quotes yet.

Al Timur

Al Timur

Wind is an important element in life on earth, both human life, animals and plants. In the Koran, wind is mentioned with the word riih in the singular form and riyah in the plural form. Various types of wind are mentioned in the Quran, among others: 'Aqiim winds, Sharshar winds,' Ashif winds, Qashif winds, Thayyibah winds, and Sakinah winds. Meanwhile, Al Quran also explains about the functions of the wind, including: helping the pollination process, moving the clouds so that it rains, moving the clouds so that it rains to fertilize the land, the wind influences the formation of sea waves, and as a warning bearer of doom.

Bagus Ps

Bagus Ps

Belanja di App banyak untungnya:

Cnc Bubut

Cnc Bubut

Mesin Bubut Konvensional adalah mesin bubut yang dikendalikan secara manual oleh operator. Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan tuas, roda gigi, dan kontrol manual lainnya. Mesin ini memerlukan keahlian khusus dari operator untuk menghasilkan produk yang presisi. Meskipun lebih sederhana daripada Mesin Bubut CNC, mesin ini masih banyak digunakan terutama untuk produksi dalam skala kecil.

Tangga

Tangga

TANGGA TELESKOPIK MULTIFUNGSI 1.9+1.9M(3.8M)

Top4Yop

Top4Yop

Harga diatas berlaku pada 6 Desember 2022. Perlu kamu ketahui bahwa harga saham berubah setiap harinya, sehingga harga 1 lotnya juga akan ikut berubah.

Gbk Madya

Gbk Madya

Dibuka pertama kali pada tahun 1962, Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno dibangun untuk menampung Asian Games ke-4 di Jakarta. Dinamakan “Bung Karno” sebagai penghormatan bagi Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, yang juga memprakarsai pembangunan kompleks olahraga untuk Asian Games ke-4. Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah yang terbesar dan salah satu stadion tertua di Jakarta dan Indonesia, dan juga salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Stadion Utama Gelora Bung Karno merupakan stadion serbaguna bertaraf internasional yang juga menjadi landmark ikonik Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno. Setelah renovasi besar-besaran Stadion Utama Gelora Bung Karno yang akan menjadi venue utama Asian Games ke-18 di Jakarta 2018, kini Stadion Utama Gelora Bung Karno berubah menjadi stadion bintang lima, cerdas, terbesar, dan tercanggih di Indonesia, dengan standar internasional oleh UEFA, Stadion Utama Gelora Bung Karno kini resmi menjadi stadion paling terang di dunia dengan total tingkat pencahayaan FOP paling terang 3.500 lux, merupakan salah satu stadion dengan pencahayaan terbaik di dunia.